Senin, 19 Desember 2011

Poltergeist

   Era 80an bisa dibilang adalah era emas bagi horror-horor Holywood, dimana pada saat itu banyak sekali bermunculan film-film horror klasik bermutu yang namanya melegenda hingga sekarang ini, sebut saja judul-judul seperti Friday The 13th, Halloween, Evil Dead, The Thing, A Nightmare on Elm Street, Hellraiser, Child’s Play, Pet Sematary, The Shining, Dll. Bahkan sebagian besar dari judul-judul tersebut sudah dibuat dibuat versi remake-nya di era millenium ini. Dan salah satu yang paling sukses secara komersil saat itu adalah Poltergeist yang berhasil meraup 76 juta dollar dan sampai dibuat dua sekuelnya, Poltergeist II: The Other Side dan
Diceritakan Steve (Craig T. Nelson) and Diane Freeling (JoBeth Williams) adalah pasangan suami istri Amerika yang hidup normal dengan tiga anak mereka, Dana (Dominique Dunne ), Robbie (Oliver Robins) dan Carol Anne (Heather O’Rourke). Suatu hari ketenangan mereka terganggu oleh kejadian-kejadian kejadian misterius. Berawal dari peristiwa gempa bumi yang kemudian berlanjut dengan peristiwa-peristiwa aneh yang melibatkan fenomena gaib, Poltergeist seperti benda-benda yang bergerak sendiri, suara-suara yang hanya bisa didengar oleh Carol Anne sampai sebuah persitwa puncak dimana Carol Anne hilang secara misterius bak ditelan bumi.
Horror dengan premis rumah berhantu memang selalu menjadi tema menarik untuk diangkat dalam media film, apalagi jika melibatkan nama seorang Steven Spielberg yang berada dibaliknya. Ya, Steven Spielberg, walaupun tidak menyutradarai langsung Poltergeist dan diserahkan kepada Tobe Hooper, namun hampir semua elemen-elemen penting, seperti penulisan naskah, editing dan produser berada ditangan pria yang sukses menggarap sci-fi keluarga, E.T ditahun yang sama.
Steven Spielberg memang seorang sutradara hebat, hampir semua orang mengakuinya, namun tampaknya Ia tidak terlalu hebat membuat film horror, seperti yang terlihat dalam film 114 menit ini. Untuk ukuran film horror yang digandang-gadang sebagai salah satu horror terbaik sepanjang masa oleh berbagai lembaga perfilman ternyata tidak 100% benar, bahkan bisa dibilang Poltergeist adalah film yang overarted.
Premis yang menjanjikan tidak dibarengi dengan penyajian yang baik, sepertinya ciri khas seorang Hooper yang sebelumnya sukses menghadirkan kengerian dalam The Texas Chain Saw Massacre (1974) dan Salem’s Lot (1979) benar-benar dibatasi dan tampak hanya menjadi ‘boneka’ Spilberg karena hampir semua adegan yang ditampilkan mencerminkan gaya seorang Spielberg, seperti pengunaan spesial efek berlebihan yang walaupun harus diakui termasuk yang terbaik dijamannya, namun lemah disegi cerita, karakter dan penciptaan suasana, sehingga banyak dari ceritanya yang tidak jelas serta atmosfer horror yang seharusnya kelam dan mengerikan pun tidak terlalu nampak disini. Malah kalau mau dibilang, Poltergeist lebih nampak seperti drama keluarga ketimbang horror. Memang masih terdapat scene-scene beraroma supranatural disini, namun sekali lagi semua yang disajikan tidak terasa menakutkan, setidaknya jika dibandingkan dengan horror-horror lain pada jamannya yang jauh lebih mencerminkan sebuah tontonan horror sejati. Jadi bagi yang menjadikan Poltergeist sebagai horror terbaiknya, disarankan untuk lebih meningkatkan jam terbangnya dengan lebih banyak lagi menonton film-film horror lain, karena jelas masih banyak film-film lain yang kualitasnya jauh lebih baik daripada film overated satu ini.

Sumber: http://movienthusiast.com/2010/07/review-poltergeist-1982/

0 komentar:

Posting Komentar